#Day 5 Writing Challenge
Ketika berbicara tentang "beliefs" atau kepercayaan, "way of life", saya memiliki banyak hal yang ingin saya ungkapkan, tetapi tak tahu dari mana harus saya mulai.
saya orang dengan pemikiran rasional.
Apa yang ditanam, itulah yang dituai.
Saya percaya pada kekuatan besar dan tunggal yang dimiliki semata oleh Allah SWT terhadap hamba Nya.
Saya percaya Allah SWT menyukai keseriusan dan fokus.
Untuk mencapai segala sesuatu, orang perlu serius, tidak banyak main-main.
Hal ini tertanam kuat dalam pikiran dan jiwa saya, sehingga saya kadang menjadi orang yang kelewat idealis.
Saat saya sedang menginginkan sesuatu, atau memiliki hajat tertentu, biasanya saya lalu mendorong diri saya untuk prihatin.
Prihatin bukan berarti hidup susah, prihatin itu tidak bersenang-senang secara berlebihan.
Pemikiran tentang prihatin ini menancap di hati saya.
Pengalaman saya ketika SMA menjadi bukti bahwa pikiran saya terprogram dengan aksi prihatin ini :D
~~ Saat itusaya harus mengikuti ujian masuk suatu universitas negeri di Jogja. Ibu memperingatkan saya untuk prihatin. Prihatin di sini adalah saya dilarang Ibu mengikuti hawa nafsu saya ingin mengikuti ujian sambil sekalian berwisata. Kebetulan memang Jogja kan tempat wisata. Ibu mengingatkan saya, "fokuslah pada ujian, jika ingin main, nanti kalau kamu sudah diterima di universitas itu, toh bisa seribu kali jalan-jalan di sana sampai kamu bosan." Saya membenarkan nasehat Ibu. Ujian perlu keseriusan dan kesungguhan di samping usaha belajar. Namun, ternyata saya tidak bisa menepati prinsip prihatin saya waktu itu. Teman saya, yang waktu itu berangkat ujian bersama saya, mengajak saya jalan-jalan ke Malioboro seusai ujian. Saya tidak bisa menolak karena kami berjanji berangkat dan pulang bersama. Saat itu, saya merasa gagal sebelum pengumuman kelulusan diumumkan. Saya terus memikirkannya dan menyesalinya, dan benar, saya GAGAL masuk universitas tersebut. Saya dan teman saya itu sama-sama TIDAK LOLOS! Pelajaran yang sangat berharga bagi saya tentang sebuah "beliefs" yang seharusnya saya pegang teguh.~~
Ketika lalu saya mengikuti ujian masuk untuk kedua kalinya, meski di Universitas yang berbeda, saya berusaha untuk benar-benar menjaga prinsip saya itu. Saya harus prihatin, fokus pada tujuan saya, sehingga Allah berkenan mengabulkan doa saya. Dan Alhamdulillah, saya LULUS kali ini :)
Aksi "prihatin" aka "tidak bersenang-senang sebelum tercapai tujuan" tetap saya pegang sampai saat saya harus mengikuti ujian skripsi. Bahkan sejak saat saya menempuh pembuatan skripsi itu. Saya ingat waktu itu saya sedang keranjingan nonton bioskop, lalu saya melarang diri saya nonton bioskop sebelum saya benar-benar telah lulus ujian skripsi. Saya tidak akan ke Mall sebelum saya ujian skripsi dan pantangan-pantangan lain, bahkan nonton tv pun saya kurangi atau kalau bisa dihilangkan.
Alhamdulillah... semua itu membuat saya lebih mudah lulus karena saya fokus.
Sayangnya, ketika menempuh ujian thesis di S2, saya sudah tidak membebani diri saya dengan aksi-aksi prihatin ini, dan memang saya tidak benar-benar puas dengan sekolah saya itu. Sampai saya lulus meskipun menyandang predikat "cumlaude", saya tetap saja merasa telah gagal menempuh S2. Hal ini dikarenakan banyak sekali hal yang pada akhirnya mengecewakan saya. Saya pun merasa bahwa dalam jenjang pendidikan ini saya kurang serius dan tidak fokus pada studi di akhir semester.
Saya percaya segudang prinsip dalam hidup. Saya sering memaksa diri saya bersikap positif. Misalnya saya berusaha selalu membuang sampah pada tempatnya, antri di tempat umum, menaati peraturan lalu lintas, datang ke kantor atau ke sebuah acara tepat waktu, salat di awal waktu, melaksanakan dinas luar sebaik-baiknyadan se-ideal mungkin (tidak ada istilah jalan-jalan saat DL, kecuali dipaksa), dan menegur orang yang berbuat kesalahan atau merokok di tempat umum. Bagi sebagian orang, sifat saya ini amat sangat menyebalkan, bahkan cukup dibenci :D
Saya percaya bahwa kemalangan yang menimpa saya di suatu waktu adalah akibat perbuatan buruk/ dosa saya di masa lampau, sehingga saya seringkali menyesali sesuatu dan banyak mengambil hikmah.
Saya percaya, segala sesuatu bisa dipelajari. Dengan belajar, semua hal bisa kita lakukan. Dengan membaca kita bisa memahami hal yang bahkan tadinya di luar jangkauan kita.
Membaca bagi saya juga sedikit banyak merupakan sarana untuk menasehati diri sendiri. Setelah mempelajari Islam dengan baik, saya mulai mengatur bacaan saya. Saya hanya akan membaca buku-buku yang bermanfaat baik untuk kesehatan spiritual juga untuk menjaga keistiqomahan. Terkadang kita tidak perduli karena tidak tahu, kita tidak menyayangi karena tidak mengenal. Maka cari tahu dan kenalilah Islam, agar perduli dan juga cinta.
Sejak saya memilih-milih bacaan saya, saya jadi bisa menilai bacaan yang bermanfaat dan yang hanya buang-buang waktu. Lalu saya hanya akan membaca yang bermanfaat. Bermanfaat bagi saya adalah bisa menambah kecintaan saya pada Allah dan Islam, menambah ilmu agar saya bersyukur.
Tidak ada yang sia-sia dari mencari ilmu. Buku adalah jendela dunia. Al-Qur'an adalah pedoman hidup. Al-Hadis adalah tauladan. Memanfaatkan waktu dengan baik adalah wujud syukur. Tidak lalai adalah jihad yang sangat berat. Tidak menyia-nyiakan waktu adalah keberuntungan. Maka siapa yang bisa memncari aktivitas bernilai apalagi bernilai ibadah adalah orang yang cerdas.
Dunia ini fana, bahkan menurut Harun Yahya hanya persepsi dalam otak. Waktu adalah khayalan, tidak eksis dan tidak nyata.
Waktu hanya ilusi yang di yaumul akhir nanti membuat kita berfikir bahwa kita tidak pernah hidup di dunia melainkan hanya sebentar saja. Takdir adalah ketetapan Allah, bagi Allah segala hal telah terjadi dan berakhir, segala hal telah termaktub dalam Kitab Lauhul Mahfudz. Meski begitu, Neraka dan Surga adalah sesuatu yang dapat kita pilih, yang menginginkan surga tentu lebih mementingkan urusan-urusan yang akan membawanya ke Surga Allah, begitu pula sebaliknya.
Paling sulit adalah taat, karena taat menuntut kita untuk ingat dalam setiap detik, tanpa lalai.
Paling mudah adalah lali karena dunia penuh tipu daya.
Ya Allah.. ridhailah segala prinsip hidupku, jagalah agar tetap dalam koridor Islam yang Engkau ridhai.
aamiin....
Pariaman, 9 Maret 2013
No comments:
Post a Comment