Waktu sungguh penuh kejutan..
Pada bulan Februari lalu, aku ingat masih menulis curahan hatiku sebagai seorang single
single yang bisa dibilang "happy?' dengan tanda tanya :)
belum terpikir dan terbayangkan
"kapan aku akan menikah?"
"dengan siapa aku akan menikah?"
pertanyaan-pertanyaan seputar itulah yang terlintas dalam otakku sepanjang waktu.
Mungkin pertanyaan ini juga menghinggapi hampir semua wanita usia menikah yang masih melajang.
Apalagi saat itu aku sedang proses "hijrah" menjadi seorang muslimah yang belajar taat pada Allah.
artinya, aku tidak memiliki "pacar", tidak mau "pacaran" dan segala bentuk kedekatan laki-laki dan perempuan non-mahrom untuk mendapatkan seorang calon imam :)
karena calon imam yang baik tentu tidak akan melakukan aktivitas ini.
Jadilah sedikit sedikit ini membuatku galau, karena aku pun belum siap melakukan "ta'aruf"
belum siap karena aku baru saja belajar
belum siap karena masih merasa belum pantas menjadi istri seorang sholeh
belum siap karena bekal akan ilmu agama ku yang minim
dan berbagai macam ke "belum siap" an lain....
Intinya, aku masih butuh banyak belajar, belajar bagaimana menjadi istri kelak
bagaimana aku akan berproses untuk mengenal sang calon imam
bagaimana aku akan bisa berproses padahal aku tak mengikuti "halaqah"
dan semua hal yang tumpuk menumpuk rasanya untuk dipelajari dan dimulai.
sementara aku seorang wanita yang bekerja, rata-rata 8 jam per hari aku habiskan di kantor
5 hari dalam semimggu,,,
dulu aku berpikir, ingin sekali ikut "halaqah" dan bertemu salihat-salihat
berteman dengan mereka, menimba ilmu pada mereka
belajar mengaji bersama, dan aktivitas-aktivitas keagamaan yang ingin aku ikuti
seperti kajian, malam bina iman takwa, lalu liqoat...
Namun ternyata, aku gagal mengatur waktuku untuk itu....
Alhamdulillah, bisa tergabung dalam sebuah komunitas yang saling menguatkan awal tahun 2013,
komunitas Peduli Jilbab.
Komunitas untuk membumikan hijab syar'i.
Di komunitas ini, meskipun aku tidak pernah sekalipun bisa bertemu mereka
tapi paling tidak, aku bisa ikut dakwah jilbab syar'i lewat facebook atau twitter
memberikan donasi rutin untuk membantu salihat yang ingin berhijab syar'i namun tak memiliki dana
dari sanalah, aku memulai menata diriku
banyak hal yang kemudian aku dapatkan.
Seiring berjalan waktu, tanpa terasa memasuki pertengahan tahun,
aku dilamar. ini cukup mengejutkan.
Sungguh, aku tak berpikir akan secepat ini doaku dikabulkan Allah.
setiap salat, aku berdoa agar Allah mempertemukan aku dengan jodohku
jodoh yang bahkan aku tak tahu akan datang dari mana
aku kenal dari mana dan bagaimana?
yang aku tahu, aku hanya mencoba selalu memantaskan diri.
Suami seperti apa yang aku dambakan, maka aku harus menjadi seperti itu terlebih dahulu.
Karena itu, aku berdoa, rajin membaca buku tentang pernikahan, rumah tangga dan bekal-bekal lain
meskipun saat itu aku tak tahu kapan aku akan menikah!
bagiku, itu adalah wujud ikhtiar... wujud ikhtiar selain daripada doa.
dan ternyata, yang datang adalah dia.
Dulu, aku benar-benar bukan muslimah yang baik-baik
memang aku memulai berjilbab sejak kelas 1 SMA, kira-kira 1,5 tahun sejak aku baligh
tapi waktu itu hanya karena alasan sederhana: tak ingin banyak yang mengganggu
dan satu alasan lagi: berjamaah dengan sahabat-sahabat.
sungguh, saat itu tidak ada alasan syar'i untuk berjilbab (seingatku)
tapi keinginan berjilbab ini aku utarakan pada Ibu sejak aku masih di bangku kelas 3 SMP
Alhamdulillah tak lama setelah itu, Ibu pun berjilbab karena malu jika keduluan anak perempuannya
Bapak pun sangat mendukung keputusan itu
berjilbab bukan berarti membuatku lebih santun
waktu itu memang aku tidak banyak belajr Islam, tidak mengetahui banyak tentang syariat
karenanya aku pacaran saat kelas 1 SMA
berujung putus saat naik kelas 2 SMA,
alasan saat itu sebenarnya sangat bagus, pacarku yang masuk STAN saat itu mengatakan
"dalam islam ga ada pacaran, jadi kita berteman saja."
singkat dan padat. Jelas. dan tentu saja aku setuju.
Lalu ia bilang akan melamarku setelah lulus nanti.
(namun sekitar 4 tahun setelah itu dia menikah dengan teman sekantornya pada akhirnya :-D)
Saat itu, aku menyadari sesuatu, bahwa, ya, pacaran itu dilarang dalam Islam.
Saat baru saja putus dengan pacarku itu aku bercerita pada teman sebangkuku, bahwa aku putus.
Lalu aku menceritakan juga padanya alasan kami putus: bahwa pacaran itu tidak ada dalam Islam.
alasan yang waktu itu hanya aku pahami secara kalimat saja, tapi tanpa makna.
Tanpa disangka, teman sebangkuku ini, yang waktu itu juga pacaran, langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya pada hari berikutnya, dengan alasan sama!
SubhanAllah...
bersambung :)
Wednesday, December 18, 2013
Tentang Pernikahan dan Jilbab bagian 1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment