About Me

My photo
I'm just ordinary woman who really loves reading and writing :)

Monday, May 11, 2015

Tentang Kelahiran Buah Hatiku 6

May 11, 2015 0 Comments
Malam itu aku tiba di RS PB sekitar pukul 20.30 WIB. Sesampainya di sana, suami segera mengkonfirmasi pihak RS bahwa saya dijadwalkan atau dirujuk untuk melakukan operasi bedah ulang malam ini. Pihak RS PB sepertinya belum dihubungi sama sekali oleh Dr.P, firasatku tidak enak sekali malam itu. Apakah operasinya akan ditunda?
Perawat memintaku masuk ruang IGD, di sana aku kembali dipasang jarum infus. Entah karena si perawat sudah lelah atau bagaimana, memasang infusnya kasar sekali, bahkan tanganku dalam keadaan menggantung saat dipasang, padahal yang ditusuk itu punggung tanganku. Ya Alloh, serasa tangan ditarik-tarik menggunakan jarum. Tetapi aku hanya bisa maklum saja, pekerjaan perawat IGD memang tidak mudah dan melelahkan. Lebih baik sama-sama tidak saling protes.

Setelah perawatan pertama di IGD aku dibawa ke ruang pasien. Perawat datang dan mengganti perban jahitanku yang notabene sudah penuh darah rembesan. Heran mengapa perbanku harus diganti jika mau operasi? ternyata oh ternyata malam itu operasi ditunda begitu saja tanpa ada konfirmasi dari Dr.P. Waktu itu rasanya sungguh kecewa, jika operasi tidak dilakukan malam ini kan aku bisa datang besok saja. Belum sempat mempersiapkan hati dan pikiran, apalagi mempersiapkan ASI untuk anakku. Meninggalkan bayi yang baru seminggu tanpa stok ASI rasanya sungguh menyedihkan. Ya sudahlah, akhirnya pasrah saja dengan keadaan itu. Malam pertama di RS PB dilalui dengan merenung dan merasakan sakitnya payudara yang mulai membengkak.

Paginya, perawat kembali datang, meminta darahku untuk cek lab. Perawat magang sepertinya, di sini begitu banyak perawat magang, tetapi alhamdulillah mereka justru ramah-ramah dan baik, hanya saja kita harus lebih maklum saat tindakannya belum profesional. Contohnya, saat mau cek darah, perawat bingung mau ambil sampel darah dari mana, karena kedua tanganku sudah penuh tusukan waktu operasi pertama, akhirnya darah diambil dari ujung jari. Satu ujung jari tidak cukup, jadilah dua ujung jariku di tembak jarum untuk dipencet-pencet agar keluar darahnya :-D ahahaha aduhhh... dan sungguh lucu, aku teringat waktu aku masih duduk di bangku SMA. Waktu itu pelajaran biologi, dan ada sesi cek golongan darah, dimana para siswa ujung jarinya ditembak pakai jarum untuk di tes golongan darahnya. Semua siswa mau ditembak pakai alat itu, hanya aku yang tak mau, dan kekeuh kalau golongan darahku O, hanya karena takut kalau ditembak jarum nanti sakit :-D oke, aku sudah berkompromi sekarang, artinya aku naik kelas!
Ada lagi kejadian, saat mau dipasang kateter (alat untuk pipis), yang bertugas memasang kateter ada dua perawat magang. Kelihatannya sih meyakinkan, tapi ternyata hehe.., entah kurang masuk atau tidak tepat, rasanya mau copot saja itu selang, akhirnya tarik ulur (jangan dibayangkan rasanya ya kalau saluran kencing dimasuki pipa lalu ditarik ulur :-P) tapi alhamdulillah akhirnya sukses. Akibat pemasangan yang tarik ulur ini sampai saat ini, 3 bulan pasca op masih sering "anyang-anyangen".

Operasi akhirnya dilakukan siang hari jam 1. Selesai entah jam berapa, tetapi aku tersadar sekitar pukul 14.30 WIB. Pada operasi kali ini aku dibius total, tak tahu apa yang dilakukan dokter. Tetapi menurutku, RS PB dan dokter-dokternya lebih pasien-awi (manusiawi-nya versi pasien), karena tidak ada dokter tertawa-tawa, nyanyi-nyanyi atau gojek ga jelas, semua serius, hanya mendengarkan musik klasik. Bersyukur sekali langsung sadar dan bisa segera dibawa lagi ke kamar pasien. Jam-jam berikutnya, menunggu reaksi hilangnya anestesi dan merasakan lagi nikmatnya luka sayatan yang Subhanalloh luar biasa nikmat. Alhamdulillah ada suami dan tante yang setia memegang tanganku dan mengelus rambutku dengan kasih sayang selama melalui masa-masa itu. Semua segera berlalu, insyaAlloh....

Setelah melewati masa kritis, tante mengurus payudaraku yang kian membengkak. Beliau rajin mengompres dan menempeli dengan daun ubi jalar agar tidak kaku dan sakit. Alhamdulillah, pokoknya full alhamdulillah sakitnya mereda, semua sakitku... rasanya tubuhku lebih enteng setelah operasi kedua ini. Beringsut kanan-kiri lebih mudah, dan mungkin obat penghilang nyerinya lebih bagus juga, sehingga rasanya jauuuh jauuuh lebih enak dari operasi pertamaku. Malam itu bisa beristirahat meski sambil merindukan anakku dan sesekali menangis tiap Ibu di rumah mengirimkan fotonya melalui WA.

Paginya, aku sudah bisa duduk, dan bahkan berdiri berpindah,, MasyaAlloh sungguh luar biasa! Teringat cerita perawat di RS WK tentang seorang Ibu yang sudah bisa berjalan dihari kedua pasca op, kini menjadi hal yang bukan mustahil lagi bagiku :-) Mengingat saat operasi pertama, aku justru paling tak berdaya pada hari kedua. Alhamdulillah sore itu aku sudah bisa berjalan dan boleh pulang. Anakku, Ibu pulang....

Alhamdulillah, aku berhasil melalui semua ini dengan lancar, meskipun setelah itu harus berusaha ng-ASI lagi, karena 2 hari tidak disusukan, ASI ku jadi macet, hampir 2 hari kemudian ASI ku sama sekali tidak berproduksi. Payudara sungguh kepet-pet, sampai panik. Menyusukannya ke bayi hanya membuatnya menangis saja, tetapi harus dilakukan untuk merangsang ASI berproduksi lagi. Alhamdulillah, setelah mengkonsumsi beberapa suplemen dan terus disusukan, ASI bisa berproduksi lagi, meskipun hanya yang kiri. Selama 1 minggu hanya payudara kiri yang bisa disusukan, sampai putingnya belah, Subhanalloh nikmatnya, akhirnya payudara kanan pun terus dilatih juga dan bisa keluar meski sedikit.

Seminggu pasca operasi, entah kenapa lagi, muncul rembesan darah di perban jahitanku.....


bersambung.