About Me

My photo
I'm just ordinary woman who really loves reading and writing :)

Wednesday, June 3, 2015

Tentang Kelahiran Buah Hatiku 7

Rembesan darah muncul lagi di perban jahitan padahal sudah dibedah ulang...
Sepertinya perdarahan di dalam perut belum lagi tuntas..
Tapi aku sudah tidak terlalu panik lagi..
awalnya sungguh takut kalau ada masalah yang serius dan harus ada tindakan medis lagi
operasi pembedahan ulang sedikit banyak menyisakan trauma.
Daripada berspekulasi, aku coba-coba dulu cari informasi di google, mungkin saja ada orang yang pernah mengalami peristiwa sepertiku, dan ternyata ada!
Sebutlah dia bunda A, bunda A ini setelah menjalani operasi sesar juga muncul rembesan darah di lukanya, hanya saja ia tidak menjalani operasi bedah ulang seperti aku (hiks)
ketika ia ke dokter, dokter bingung mengapa darahnya rembes? seharusnya efek semacam ini tidak ada, maka si Bunda A hanya dengan inisiatif sendiri setiap ada rembesan, maka ia ganti sendiri perbannya, dan setiap mandi ia bersihkan lukanya dengan sabun.
Perlakuan terhadap luka sesar seperti itu ia lakukan hampir selama 23 hari sejak rembesan darah terjadi.
Hebat!
Maka, sore itu, saat rembesan darah muncul semakin melebar terlihat di permukaan perban, suami membantuku mengganti perbannya, kami menyediakan beberapa perban khusus pasca operasi di rumah.
Tapi saat itu aku belum berani membasuh lukanya dengan air apalagi sabun hehe karena benangnya saja belum dilepas.
Mengganti perban seperti sudah ativitas yang harus dilakukan tiap hari bahkan pagi dan sore karena rembesan semakin banyak. Nah, dari sini, Ibu dan Bapak mulai khawatir, takut kalau-kalau ada yang salah, lalu aku diminta Ibu dan Bapak untuk periksa saja ke klinik dan menanyakannya pada Dr. P.
Jadilah sore itu kami ke klinik W untuk menemui Dr. P. Dr.P lagi-lagi merasa heran, kenapa ada darah lagi yang keluar, lalu diobservasi (lagi). Dokter P justru terlihat lebih panik ketimbang aku, lalu aku pun berkata, "Dok, ada kok pasien sesar yang seperti saya, darah rembes bahkan sampai 23 hari" begitu kata saya. Dr. P lalu menjawab, "Tidak... ini seharusnya tidak ada, tidak ada hal-hal seperti itu," katanya. Yaelah Dr. P ini kaya tidak percaya aja ada Yang Maha Segalanya, bisa saja kan, Nothing is Impossible.
Setelah diobservasi, ternyata yang keluar dari perban itu bukan darah murni, tetapi bercampur dengan cairan antiseptik. Dr. P lalu menceritakan perihal tindakan yang Beliau lakukan di opearsi keduaku kemarin, "Jadi begini ya, kemarin itu di lapisan kulitmu ada darah beku, lalu darahnya saya kerok, saya hilangkan, lalu lukanya saya semprot cairan antiseptik, nah mungkin ini sisa-sisa cairannya keluar."begitulah katanya. Lalu beliau memencet-mencet lukanya dari arah atas dan bawah, memastikan sudah tidak ada cairan yang keluar. Jika ada yang keluar lagi, mungkin ia akan mengambil tindakan tertentu.
Ahh siapa peduli... kalau menurut pandanganku, bu Dokter ini tidak bersih dalam melakukan tindakan medisnya, masa cairan antiseptik bisa masih tersisa begitu banyak di dalam lapisan perutku dan berhubung benang jahitan sesarnya belum dilepas menyebabkan masih ada lubang-lubang kecil yang memungkinkan cairan untuk keluar. Aku justru bersyukur jika memang cairan yang keluar ini harus dikeluarkan. Bersyukur alhamdulillah jika memang rembesan itu harus muncul.
Merasa sudah tak ada lagi cairan yang keluar, beliau memutuskan melepas sebagian ikatan benang jahitanku. Kali ini entah dengan metode apa, benang jahitannya banyak sekali, padahal yang pertama hanya satu kali lepas, nah ini melepasnya separuh-separuh, selain untuk memastikan jahitannya sudah kuat, juga untuk memberi aku jeda istirahat dari sakit.

Memang benar, ketika posisiku berbaring, cairan tidak rembes meski dipencet-pencet, tetapi pada saat aku duduk, berdiri, berjalan, cairan rembesan kembali keluar, mungkinefek gravitasi atau apalah. Oke, aku berkompromi dengan rembesan ini dan mengganti perban tiap kali rembesan muncul sampai hari kontrol berikutnya. Di hari kontrol berikutnya inilah semua benang jahitanku dilepas. Owrait, dilepas semua, tetapi Dr. P tetap memasang perbannya karena takut masih ada rembesan darah. Satu hal yang membuatku agak kesal adalah, Dr. P mengatakan bahwa aku berbakat keloid, karena luka jahitanku bagian paling kiri membengkak seperti keloid yang cukup besar sementara bagian kanan hanya berbekas garis kecil saja. Dr.P tidak terlalu concern dengan pembengkakan itu, sementara aku merasa ada yang tidak beres, karena awal rembesan darahnya bermula di sana.

Beberapa hari setelah kontrol terakhirku dengan Dr. P, aku tak lagi memakai perban dilukaku dan aku pun mulai mandi seperti biasa (oh ya, aku belum pernah mandi sekali pun sejak aku melahirkan sampai pada detik aku dilepas perban, hanya seka air saja, selama hampir sebulan :D). Nikmatnya bisa mandi 'gebyur-gebyur', alhamdulillah segar lagi.

Sekitar seminggu pasca lepas benang dan perban, muncul ada bercak cairan rembesan yang sama seperti dulu di celana dalamku bagian depan. Nah, apalagi ini... ternyata, luka jahitan yang membengkak bagai keloid itu bukanlah keloid seperti yang Dr.P kira, melainkan ada cairan rembesan yang mestinya masih akan keluar tetapi terjebak. Setelah benang dilepas, otomatis kulit akan menutup luka dan cairan pun tertahan di dalamnya. Cairan itu lama kelamaan bertumpuk dan memunculkan seperti jerawat di atas luka jahitan yang bengkak itu, lalu kini pecah. Aku bertahan tanpa pergi ke dokter apalagi ke kliniknya Dr. P, bagiku cukup sudah. Aku meminta tolong suamiku membersihkan lukanya dengan alkohol dan mengobatinya dengan salep setiap 3 kali dalam sehari. Begitulah terus yang aku lakukan sampai pada akhirnya sekitar seminggu kemudian cairan itu berhenti keluar. Alhamdulillah... bahkan kini lukanya jadi kecil dan hanya berbentuk garis biasa. Meskipun mungkin masih ada sedikit masalah di sana karena sampai saat saya menulis blog ini, kulit sekitar jahitan yang bengkak itu masih mati rasa, saya belum mengambil tindakan untuk ke dokter lagi. Setidaknya sampai rasa "trauma" saya akan semua ini telah hilang :-)


Allah memilihkan jalan yang panjang untukku dalam menjalani proses kelahiran buah hatiku bukan tanpa tujuan. Mungkin Allah memintaku menjadi hamba yang lebih sabar dan kuat. Itu pasti :-) Thank You Allah...

""Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..""
Alam Nasyrah : 5-6



No comments:

Post a Comment